https://sman1kecakabiluru.sch.id/tentang-hak-dan-tata-cara-memperoleh-informasi-ip

Lima ShaSseT

 Bapak/ibu, izin berbagi ya…

Pertama, sudah lama rasanya kita tidak memiliki “panggung” untuk mendiseminasikan ilmu/pengetahuan/keterampilan yang baru kita dapat selepas mengikuti pelatihan/workshop/sosialisasi tertentu. Padahal laporan tertulis selalu kita buat dan laporkan kepada pihak sekolah.

Kedua, bagi ASN diharuskan melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB), dimana didalamnya terdiri dari 3 komponen yakni: pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif. Bila kegiatan ini kita laksanakan maka kita akan memiliki "panggung" untuk mempublikasikan hasil karya kita. 

Ketiga, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebijakan pendidikan berkembang demikian pesat, mau tidak mau, sukarela atau terpaksa, kita harus terus meng-update diri agar terus berkembang menyesuaikan tuntutan zaman

Keempat, sebagai guru, idealnya kita terus berupaya menjadi insan pembelajar yang senantiasa mengembangkan potensi dan kompetensinya. Studi menunjukan bahwa salah satu cara belajar yang paling baik adalah dengan cara mengajarkan kembali pengetahuan tsb kepada orang lain.

Kelima, kita perlu juga mengasah kemampuan komunikasi dan menumbuhkan keberanian untuk melakukan public speaking.

Berkaitan dengan itu, maka nampaknya sesi sharing dan diskusi dapat menjadi salah satu alternatif solusinya.

Apa yang ditampilkan? temanya tentu bisa sangat beragam, bisa perkembangan kebijakan pendidikan, sharing praktik baik pembelajaran masa PJJ, psikologi remaja, teknik membaca cepat, adaptasi teknologi dalam pembelajaran, ekspose hasil penelitian tindakan kelas, atau hal lainnya.

Siapa saja yang boleh tampil? Semua guru, baik ASN maupun Non ASN

Bagaimana detail teknisnya pelaksanaannya? Kurang lebih seperti ini

1. Bapak/Ibu guru menyampaikan kesediaan kepada humas, (form terlampir)

2. Bapak/Ibu guru menyiapkan materi yang akan ditampilkan dalam bentuk bahan tayang, bisa dari workshop/pelatihan/sosialisasi yang baru diikuti atau materi yang ingin dibagikan

3. Humas menyusun jadwal tampil bagi para penyaji

4. Beberapa hari sebelum tampil, akan dibuatkan pengumuman dalam bentuk leaflet/flyer digital

5. Setiap penampil, mendapat keterangan telah melaksanakan sosialisasi/paparan, dokumentasi foto kegiatan, dan daftar hadir peserta

6. Durasi penyampaian materi 10-15 menit dilanjutkan dengan diskusi

7. Kegiatan diselenggarakan sebulan 1-2 kali, waktu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Salah satu waktu yang dapat digunakan adalah di hari kamis, atau di hari lainnya menyesuaikan dengan agenda sekolah

8. Tempat kegiatan adalah di ruang guru (dengan sedikit modifikasi background agar memungkinkan penyaji menayangkan paparannya) atau tempat lainnya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi

9. Peserta kegiatan ini adalah Bapak/Ibu guru lain yang hadir di sekolah, tidak sedang bertugas mengajar atau menjalankan kegiatan kedinasan lainnya. 

10. Sesi sharing, akan direkam oleh Tim dokumentasi

11. Atas persetujuan penyaji, rekaman akan ditayangkan di channel youtube sekolah

12. Kudapan sederhana saat kegiatan digelar kita upayakan bersama, misal rereongan untuk pengadaan pisang rebus, kacang rebus, dlsb

hal-hal lain yang perlu dilengkapi, mangga dituliskan di kolom komentar ya... hatur nuhun.


Bagi Bapak/Ibu yang berkenan untuk menjadi pembicara pada kegiatan ini, kami persilakan untuk mengisi form berikut Lima ShasSet

Sate Kampung


Pagi itu, kami berniat untuk berangkat silaturahmi ke salah satu rekan Ayah saat kuliah, Om Ivan.
Om Ivan kini bekerja di Bank Rakyat Indonesia, BRI. Om Ivan kini tinggal di desa Maniis, mengikuti tempat tinggal istrinya. Untuk sampai ke tempat Om Ivan, kita harus melewati beberapa daerah terkenal, diantaranya pusat gerabah di Purwakarta yakni Plered, dan kawasan Bendungan Cirata. Jarak dari rumah kami ke Maniis adalah 36 Km dan bisa ditempuh dalam waktu satu jam. Kami berangkat jam 7 dengan harapan, sebelum dzuhur sudah berada di rumah kembali.

Perjalanan bertambah menarik karena mbah kakung dan sepupu kami, de Arin turut serta. meski awalnya khawatir de Arin akan rewel dan selalu meminta pulang, nyatanya tidak terjadi. De Arin menikmati perjalanan, turut bernyanyi dan bercengkrama sepanjang perjalanan, alhamdulillah.

Selain melewati dua tempat dengan kekhasan masing-masing, daerah ini (terutama Plered) juga dikenal karena kulinernya yang menggugah selera, ya sate maranggi. Tentunya selain Sate Maranggi yang sudah melegenda, Sate Maranggi Hj Yetti.

Sate maranggi, adalah salah satu teknik pengolahan sate yang khas, bahan bakunya bisa daging kambing atau daging sapi. Dagingnya dibumbui, kemudian dipanggang sejenak, dan sate pun jadi. Tanpa bumbu yang beraneka, sate siap disantap, nikmat.

Pemerintah Kabupaten Purwakarta menyadari bahwa sate maranggi memiliki daya tarik tersendiri. Karenanya, di Plered, tak jauh dari stasiun kereta api Plered, dibangun Kampung Sate Maranggi. Kampung Sate Maranggi, merupakan kumpulan kios yang menjajakan sate maranggi, gule, dan sop.  

Ada yang khas di penjual sate di sana. Asal kita duduk dan mengambil nasi berbungkus daun pisang, kita tidak perlu menyebutkan mengenai berapa banyak sate yang kita inginkan, maka para penjual sate takkan berhenti memanggang. Beda dengan penjual sate ditempat lainnya, mereka baru akan memanggang setelah jumlah pesanan ditentukan. 

Penjaja sate maranggi di Plered, mengingatkan ayah pada penjual sate keliling yang sering mangkal di sekitar Mesjid Wanayasa. Saat itu, sepulang dari Bandung, ayah mampir di penjual sate keliling tersebut. Ayah mengobrol sejenak lalu mengambil nasi yang dibungkus daun pisang dan penjual sate pun langsung menyajikan sate panas siap santap, tanpa bertanya mau pesan berapa banyak terlebih dahulu. Ternyata, di Purwakarta, ada banyak penjaja sate model ini, terutama di kios-kios penjual sate di daerah perkampungan. 

Semoga sate maranggi tetap mendapat tempat di kalangan para pecinta kuliner nusantara.

Nah, ananda sekalian, perjalanan hari ini jelas menambah pengalaman. Semoga perjalanan kita hari ini menambah pengetahuan dan wawasan. 




Surga bagi pengendara, APILL hijau semua

Hari itu pulang dari kantor kesorean
Sedari pagi pekerjaan terus berdatangan
Yang satu selesai satu lainnya masuk dalam antrean

Keadaan memaksa pulang ore menjelang petang, 
saat jalan pulang biasanya mulai lengang
Awan hitam penanda hujan kan tiba, menutupi jingganya langit senja
Tiada terasa mulai turun rintik-rintik air hujan
Kelelahan dan kehujanan nampaknya tak bisa lagi dielakkan

Jarak kantor ke rumah hanya 6 km saja
Normalnya ditempuh dengan 25 menit berkendara 
Bukan karena jauh, tapi karena APILL berderet (hingga) tujuh

Sepeda motor siap digas, dikejauhan seorang tamu datang bergegas
Sudah kesekian kali ia datang diluar jam kerja, bukan kali ini saja

Nonsense rasanya bisa membuatnya bisa mendengar, apalagi sadar
satu dua komunikasi pernah terjadi
polanya tak pernah berganti; tak bisa ditimpali, terus memonopoli, 
hanya bicara dari perspektifnya sendiri, 

Satu dua alasan disiapkan 
jawaban-jawaban singkat diutarakan
dengan harap, pembicaraan bisa secepatnya diselesaikan

Sesuai rencana, pembicaraan hanya berlangsung satu dua menit saja
segera menuju parkiran dan motor mulai dipanaskan
Tetap melaju perlahan langit tampak hampir tak kuasa lagi menahan air hujan
awan hitam menggelayuti dan hujan akan turun tak lama lagi 

Perasaan khawatir segera berganti bahagia
meski lelah tetap bisa pulang tanpa kehujanan  
bisa berperjalanan dengan lancar tanpa hambatan
Dipenghujung hari yang kian penat dan melelahkan
Senang rasanya sore ini Tuhan memberi sedikit hiburan
Tiba dirumah lebih cepat, bagai berkendara dipedesaan 

Terima kasih Tuhan...
Sungguh rasanya inilah surga bagi kami para pengendara, 
Bisa melaju ditengah kota tanpa kendala, 
Tanpa sekalipun terhenti di APILL yang dilalui 
Tanpa sekalipun terhenti karena lampu APILL menyala hijau semua.

note
APILL = Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

Tentang Wisata Keluarga - coz life is a journey



Beberapa posting di blog ini akan diberi judul awal Wisata Keluarga, tentu untuk mewakili isi dari kisah yang ditulis didalamnya. Konten wisata keluarga dibuat karena kami sepakat untuk berupaya bisa berpergian keluar bersama, full satu keluarga. Mumpung anak-anak masih kecil, belum punya acara sendiri-sendiri.

Wisata keluarga kami tidak setiap minggu, dalam sebulan paling hanya satu atau dua kali. Saat wisata kami coba dokumentasikan dalam foto, lalu -bila tidak sibuk- dibuat tulisannya, tujuannya untuk merekam apa yang terjadi saat itu dan juga sebagai stimulan agar anak jadi mau baca. Bila tentang mereka, mungkin akan lebih tertarik membacanya, mengkritisi yang tidak benar atau kurang berkenan, kurang lebih demikian.  

Objek wisatanya juga tidak harus jauh, bagi kami yang kebetulan saat ini masih tinggal di Jatiluhur, ada beberapa spot menarik -di alam terbuka- yang bisa kami tuju tanpa perlu memikirkan biaya, alias gratis. Penentuan tujuan wisata, disesuaikan dengan kesepakatan dan keadaan. kami mencoba membuat variasi tempat tujuan, mulai dari alam terbuka, wisata kuliner, kunjungan ke mall, menggunakan transportasi publik, dan lain sebagainya.

Mengenai jajanan selama berperjalanan, kami juga membuat semacam komitmen di rumah, apakah akan makan di luar atau tidak. Seringnya siih di mix, sebagian jajan di tempat wisata, sebagian dibawa dari rumah... lumayan lah bs sedikit menghemat. Sy juga terbuka ke anak-anak mengenai keadaan keuangan, bila memang sedang tidak ada, ya semua dibawa dari rumah, terkadang acaranya ditunda, terkadang pula anak-anak dengan sukarela menawarkan uang tabungannya untuk digunakan....bagian ini agak mengharukan.

Di perjalanan, seringkali kami saling sharing, ajang curhat atau saling memberi nasihat, kadang cerita tentang kehidupan, kadang evaluasi tugas keseharian anak-anak, tapi kadang juga ngomel-ngomel bila ada sikap/perilaku anak-anak yang tidak sesuai harapan. Saat menyampaikan nasihat, sejauh ini anak-anak cenderung lebih bisa menerima saat berperjalanan ketimbang dalam suasana lain di rumah. Anak-anak cenderung tidak berbalik marah atau menutup diri, beda ceritanya kalau itu dilakukan dirumah. 

Dengan berwisata, melakukan perjalanan, anak diharapkan menemukan banyak realitas yang terkadang tidak seideal harapan. Diluar sana, beragam contoh nyata yang bisa dijadikan acuan dalam menentukan masa depan. Kerasnya kehidupan di jalanan, orang yang malas dan apa yang dilakukan, orang sukses dan kegigihannya berjuang, dan masih banyak contoh real lainnya yang mudah dijumpai diluar sana dan dijadikan pelajaran hidup, sepanjang kita melakukan perjalanan. 

Semoga dengan berperjalanan, anak-anak lebih terbuka pemikirannya, lebih banyak bersyukur atas apa yang diterimanya, dan tak henti berdzikir pada yang memberi karunia... 

Kami sedang belajar, apa yang nampak diblog ini barangkali hanya yang indah-bagusnya saja... nyatanya memang tidak mudah, banyak hal yang belum ideal sesuai rencana. Dengan bersusah payah kami berupaya istiqomah, terus berusaha sembari berdoa, semoga semua baik pada akhirnya .... untuk anak dan keluarga kami...
aamiin

Kami bagi kisah sebagai perwujudan syukur atas beragam nikmaat dan karunia yang telah kami terima. Sebagai upaya mengikatkan momen bersama, sebagai usaha menginspirasi bagi yang kebetulan singgah dan membaca, walau sebenarnya biasa saja... tak ada yang istimewa.

Terima kasih telah berkenan membaca, semoga -meski secuil- ada hikmah dari tulisan-tulisan yang saya unggah.

Wisata Keluarga #6 - JALAN SAMPAI KE… UJUNG ASPAL

Anak-anak yang ayah cintai dan banggakan… semoga Alloh senantiasa menjaga kalian… 
Seprti biasanya, hari minggu adalah hari untuk kita berpetualang, bermain bersama, dan menelusuri tempat2 baru… Meski minggu, tetap harus bangun pagi agar semangat – badan tetap sehat 

Kali ini rencana perjalanan terarah ke wanayasa… ya, daerah pegunungan di timur purwakarta. Wanayasa menjadi primadona wisata bagi masyarakat purwakarta dan sekitarnya. Bagi orang Purwakarta, daerah Wanayasa mirip seperti daerah Lembang bagi orang Bandung, atau mirip puncak bagi orang Jakarta dan sekitarnya.

Wanayasa terletak kurang lebih 30 km dari purwakarta, suasananya masih asri khas pedesaan, dan suhunya sejuk karena banyak pepohonan tumbuh di daerah dataran tinggi tersebut …Akhir-akhir ini mulai banyak bermunculan objek wisata disana. 

 
Perjalanan kali ini lebih menarik karena Teh Shafa ikut bersama kami. Teh Shafa adalah anak tetangga kami. Berangkat jam 7.00 dari rumah, melalui jalan panjang berliku khas pegunungan, kami tiba di jalan rusak belum teraspal sepenuhnya. Mulanya kami ragu untuk melanjutkan perjalanan karena jalan semakin sempit – menanjak – rusak. Sesaat terbesit dalam pikiran, mungkin ini sebabnya objek wisata ini lebih populer dengan nama ujung aspal... Tetapi rasa penasaran demikian membuncah, perjalanan dilanjutkan, menggapai tempat baru -bagi kami- bernama ujung aspal.

Syukur Alhamdulillah, atas izin Allah, kurang dari jam 9 kami bisa mencapai tempat tersebut. Ternyata ujung aspal adalah area hutan pinus yang ditata agar dapat dikunjungi masyarakat umum. Tempatnya cukup luas, rumput hijau bak permadani terhampar diantara tegaknya pohon pinus. Suara burung bekicau bersahutan disela hembusan angin yang lebut mendesir.  
  
Sebenarnya tempat ini dinamai pasir langlang panyawangan. Pasir artinya bukit, langlang artinya terbang, panyawangan artinya impian/khayalan. Barangkali jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti, bukit tempat orang berkhayal/bermimpi. Hanya saja, masyarakat umum lebih mengenal tempat ini nama ujung aspal…

Fasilitasnya memang belum lengkap, tetapi sudah cukup untuk memfasilitasi pengungjung… Ada hammock, tempat istirahat/tiduran yang terbuat dari tali yang diikatkan pada dua pohon sebagai penyangga, sudah ada toilet umum, mushalla serta ada warung2 penjaja makanan dan minuman.

Tak jauh dari tempat ini, ada goa dan ada air terjun. Jaraknya 350, 400, dan 1000 meter dari area parkir. Hanya saja, karena kami baru tahu tentang keberadaan goa tersebut, kami tidak membawa perbekalan yang memadai. Niat awal kami memang hanya berjalan-jalan santai, duduk-duduk menikmati udara segar di hijaunya hutan pinus, makan makanan ringan yang dibekal dari rumah dan sesekali bergantian berbaring di hammock.
 
Jelang siang, ibu mulai menyiapkan makan siang. Nasi timbel komplit dengan ayam bakar (bakakak) dan lalaban. Alhamdulillah sehari sebelumnya ada orang tua siswa yang Ibu walikelasi, A Indra mengirim makanan untuk kami.

Neneknya A indra mengatakan bahwa ini adalah nazar (berjanji kepada Allah). Saat itu A indra dan saudaranya sekeluarga sakit semua. Nenek A Indra bernazar, jika A Indra dan saudaranya yang satu per satu sakit, sehat kembali, nenek mau membuat liwet kumplit dan membagikannya… syukur Alhamdulillah dalam waktu yang tidak terlalu lama mereka pun kembali sehat seperti sediakala. Dan neneknya A Indra menunaikan nazarnya dengan membuat serta membagikan liwet komplit ke orang-orang, dan salah satunya ke keluarga kami… Nah perlu kalian ketahui bahwa selain Puasa Ramadhan, puasa nazar juga tergolong puasa wajib lho. Maka jika kalian nazar berpuasa, kalian wajib menjalankan nazar/puasa itu.

Alhamdulillah, hari ini kita bisa berperjalanan lagi. Hutan pinus yang demikian rindang, tidak hanya menjamin udara segar, pemasok oksigen bagi kehidupan, tempat hidup beraneka tumbuhan, tempat bernaung beragam binatang dan juga sebagai tempat menyimpan cadangan air. Tuh kan banyak manfaatnya... jadi, mari jaga hutan, agar hutan dapat terus memberi manfaat bagi kehidupan kita. 

Foto Guru dan Tendik 2023

 https://drive.google.com/drive/folders/1gE4q2TOemgEUJ79XwaHjkRd-rcLzMo_B