Surga bagi pengendara, APILL hijau semua

Hari itu pulang dari kantor kesorean
Sedari pagi pekerjaan terus berdatangan
Yang satu selesai satu lainnya masuk dalam antrean

Keadaan memaksa pulang ore menjelang petang, 
saat jalan pulang biasanya mulai lengang
Awan hitam penanda hujan kan tiba, menutupi jingganya langit senja
Tiada terasa mulai turun rintik-rintik air hujan
Kelelahan dan kehujanan nampaknya tak bisa lagi dielakkan

Jarak kantor ke rumah hanya 6 km saja
Normalnya ditempuh dengan 25 menit berkendara 
Bukan karena jauh, tapi karena APILL berderet (hingga) tujuh

Sepeda motor siap digas, dikejauhan seorang tamu datang bergegas
Sudah kesekian kali ia datang diluar jam kerja, bukan kali ini saja

Nonsense rasanya bisa membuatnya bisa mendengar, apalagi sadar
satu dua komunikasi pernah terjadi
polanya tak pernah berganti; tak bisa ditimpali, terus memonopoli, 
hanya bicara dari perspektifnya sendiri, 

Satu dua alasan disiapkan 
jawaban-jawaban singkat diutarakan
dengan harap, pembicaraan bisa secepatnya diselesaikan

Sesuai rencana, pembicaraan hanya berlangsung satu dua menit saja
segera menuju parkiran dan motor mulai dipanaskan
Tetap melaju perlahan langit tampak hampir tak kuasa lagi menahan air hujan
awan hitam menggelayuti dan hujan akan turun tak lama lagi 

Perasaan khawatir segera berganti bahagia
meski lelah tetap bisa pulang tanpa kehujanan  
bisa berperjalanan dengan lancar tanpa hambatan
Dipenghujung hari yang kian penat dan melelahkan
Senang rasanya sore ini Tuhan memberi sedikit hiburan
Tiba dirumah lebih cepat, bagai berkendara dipedesaan 

Terima kasih Tuhan...
Sungguh rasanya inilah surga bagi kami para pengendara, 
Bisa melaju ditengah kota tanpa kendala, 
Tanpa sekalipun terhenti di APILL yang dilalui 
Tanpa sekalipun terhenti karena lampu APILL menyala hijau semua.

note
APILL = Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

Tentang Wisata Keluarga - coz life is a journey



Beberapa posting di blog ini akan diberi judul awal Wisata Keluarga, tentu untuk mewakili isi dari kisah yang ditulis didalamnya. Konten wisata keluarga dibuat karena kami sepakat untuk berupaya bisa berpergian keluar bersama, full satu keluarga. Mumpung anak-anak masih kecil, belum punya acara sendiri-sendiri.

Wisata keluarga kami tidak setiap minggu, dalam sebulan paling hanya satu atau dua kali. Saat wisata kami coba dokumentasikan dalam foto, lalu -bila tidak sibuk- dibuat tulisannya, tujuannya untuk merekam apa yang terjadi saat itu dan juga sebagai stimulan agar anak jadi mau baca. Bila tentang mereka, mungkin akan lebih tertarik membacanya, mengkritisi yang tidak benar atau kurang berkenan, kurang lebih demikian.  

Objek wisatanya juga tidak harus jauh, bagi kami yang kebetulan saat ini masih tinggal di Jatiluhur, ada beberapa spot menarik -di alam terbuka- yang bisa kami tuju tanpa perlu memikirkan biaya, alias gratis. Penentuan tujuan wisata, disesuaikan dengan kesepakatan dan keadaan. kami mencoba membuat variasi tempat tujuan, mulai dari alam terbuka, wisata kuliner, kunjungan ke mall, menggunakan transportasi publik, dan lain sebagainya.

Mengenai jajanan selama berperjalanan, kami juga membuat semacam komitmen di rumah, apakah akan makan di luar atau tidak. Seringnya siih di mix, sebagian jajan di tempat wisata, sebagian dibawa dari rumah... lumayan lah bs sedikit menghemat. Sy juga terbuka ke anak-anak mengenai keadaan keuangan, bila memang sedang tidak ada, ya semua dibawa dari rumah, terkadang acaranya ditunda, terkadang pula anak-anak dengan sukarela menawarkan uang tabungannya untuk digunakan....bagian ini agak mengharukan.

Di perjalanan, seringkali kami saling sharing, ajang curhat atau saling memberi nasihat, kadang cerita tentang kehidupan, kadang evaluasi tugas keseharian anak-anak, tapi kadang juga ngomel-ngomel bila ada sikap/perilaku anak-anak yang tidak sesuai harapan. Saat menyampaikan nasihat, sejauh ini anak-anak cenderung lebih bisa menerima saat berperjalanan ketimbang dalam suasana lain di rumah. Anak-anak cenderung tidak berbalik marah atau menutup diri, beda ceritanya kalau itu dilakukan dirumah. 

Dengan berwisata, melakukan perjalanan, anak diharapkan menemukan banyak realitas yang terkadang tidak seideal harapan. Diluar sana, beragam contoh nyata yang bisa dijadikan acuan dalam menentukan masa depan. Kerasnya kehidupan di jalanan, orang yang malas dan apa yang dilakukan, orang sukses dan kegigihannya berjuang, dan masih banyak contoh real lainnya yang mudah dijumpai diluar sana dan dijadikan pelajaran hidup, sepanjang kita melakukan perjalanan. 

Semoga dengan berperjalanan, anak-anak lebih terbuka pemikirannya, lebih banyak bersyukur atas apa yang diterimanya, dan tak henti berdzikir pada yang memberi karunia... 

Kami sedang belajar, apa yang nampak diblog ini barangkali hanya yang indah-bagusnya saja... nyatanya memang tidak mudah, banyak hal yang belum ideal sesuai rencana. Dengan bersusah payah kami berupaya istiqomah, terus berusaha sembari berdoa, semoga semua baik pada akhirnya .... untuk anak dan keluarga kami...
aamiin

Kami bagi kisah sebagai perwujudan syukur atas beragam nikmaat dan karunia yang telah kami terima. Sebagai upaya mengikatkan momen bersama, sebagai usaha menginspirasi bagi yang kebetulan singgah dan membaca, walau sebenarnya biasa saja... tak ada yang istimewa.

Terima kasih telah berkenan membaca, semoga -meski secuil- ada hikmah dari tulisan-tulisan yang saya unggah.

Wisata Keluarga #6 - JALAN SAMPAI KE… UJUNG ASPAL

Anak-anak yang ayah cintai dan banggakan… semoga Alloh senantiasa menjaga kalian… 
Seprti biasanya, hari minggu adalah hari untuk kita berpetualang, bermain bersama, dan menelusuri tempat2 baru… Meski minggu, tetap harus bangun pagi agar semangat – badan tetap sehat 

Kali ini rencana perjalanan terarah ke wanayasa… ya, daerah pegunungan di timur purwakarta. Wanayasa menjadi primadona wisata bagi masyarakat purwakarta dan sekitarnya. Bagi orang Purwakarta, daerah Wanayasa mirip seperti daerah Lembang bagi orang Bandung, atau mirip puncak bagi orang Jakarta dan sekitarnya.

Wanayasa terletak kurang lebih 30 km dari purwakarta, suasananya masih asri khas pedesaan, dan suhunya sejuk karena banyak pepohonan tumbuh di daerah dataran tinggi tersebut …Akhir-akhir ini mulai banyak bermunculan objek wisata disana. 

 
Perjalanan kali ini lebih menarik karena Teh Shafa ikut bersama kami. Teh Shafa adalah anak tetangga kami. Berangkat jam 7.00 dari rumah, melalui jalan panjang berliku khas pegunungan, kami tiba di jalan rusak belum teraspal sepenuhnya. Mulanya kami ragu untuk melanjutkan perjalanan karena jalan semakin sempit – menanjak – rusak. Sesaat terbesit dalam pikiran, mungkin ini sebabnya objek wisata ini lebih populer dengan nama ujung aspal... Tetapi rasa penasaran demikian membuncah, perjalanan dilanjutkan, menggapai tempat baru -bagi kami- bernama ujung aspal.

Syukur Alhamdulillah, atas izin Allah, kurang dari jam 9 kami bisa mencapai tempat tersebut. Ternyata ujung aspal adalah area hutan pinus yang ditata agar dapat dikunjungi masyarakat umum. Tempatnya cukup luas, rumput hijau bak permadani terhampar diantara tegaknya pohon pinus. Suara burung bekicau bersahutan disela hembusan angin yang lebut mendesir.  
  
Sebenarnya tempat ini dinamai pasir langlang panyawangan. Pasir artinya bukit, langlang artinya terbang, panyawangan artinya impian/khayalan. Barangkali jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti, bukit tempat orang berkhayal/bermimpi. Hanya saja, masyarakat umum lebih mengenal tempat ini nama ujung aspal…

Fasilitasnya memang belum lengkap, tetapi sudah cukup untuk memfasilitasi pengungjung… Ada hammock, tempat istirahat/tiduran yang terbuat dari tali yang diikatkan pada dua pohon sebagai penyangga, sudah ada toilet umum, mushalla serta ada warung2 penjaja makanan dan minuman.

Tak jauh dari tempat ini, ada goa dan ada air terjun. Jaraknya 350, 400, dan 1000 meter dari area parkir. Hanya saja, karena kami baru tahu tentang keberadaan goa tersebut, kami tidak membawa perbekalan yang memadai. Niat awal kami memang hanya berjalan-jalan santai, duduk-duduk menikmati udara segar di hijaunya hutan pinus, makan makanan ringan yang dibekal dari rumah dan sesekali bergantian berbaring di hammock.
 
Jelang siang, ibu mulai menyiapkan makan siang. Nasi timbel komplit dengan ayam bakar (bakakak) dan lalaban. Alhamdulillah sehari sebelumnya ada orang tua siswa yang Ibu walikelasi, A Indra mengirim makanan untuk kami.

Neneknya A indra mengatakan bahwa ini adalah nazar (berjanji kepada Allah). Saat itu A indra dan saudaranya sekeluarga sakit semua. Nenek A Indra bernazar, jika A Indra dan saudaranya yang satu per satu sakit, sehat kembali, nenek mau membuat liwet kumplit dan membagikannya… syukur Alhamdulillah dalam waktu yang tidak terlalu lama mereka pun kembali sehat seperti sediakala. Dan neneknya A Indra menunaikan nazarnya dengan membuat serta membagikan liwet komplit ke orang-orang, dan salah satunya ke keluarga kami… Nah perlu kalian ketahui bahwa selain Puasa Ramadhan, puasa nazar juga tergolong puasa wajib lho. Maka jika kalian nazar berpuasa, kalian wajib menjalankan nazar/puasa itu.

Alhamdulillah, hari ini kita bisa berperjalanan lagi. Hutan pinus yang demikian rindang, tidak hanya menjamin udara segar, pemasok oksigen bagi kehidupan, tempat hidup beraneka tumbuhan, tempat bernaung beragam binatang dan juga sebagai tempat menyimpan cadangan air. Tuh kan banyak manfaatnya... jadi, mari jaga hutan, agar hutan dapat terus memberi manfaat bagi kehidupan kita. 

Wisata Keluarga #5 - YUUHUU… STEAK 21


Anak-anak yang ayah cintai dan banggakan… semoga Alloh senantiasa menjaga kalian…

Seperti biasa, kalau ayah di rumah kita makan bersama sambil ngobrol2… Hari itu ayah sempat bercerita tentang pengalaman kerja ke Karawang. Ayah membantu teman dalam rangkaian sosialisasi aplikasi pemetaan kebutuhan guru se-Jawa Barat. Karawang adalah tempat terakhir pada rangkaian sosialisasi itu. Sehingga para pejabat datang dan mengundang kami untuk makan di Steak 21.

Disela-sela cerita tentang steak 21, rupanya ada yang nggak suka, karena dianggapnya Ayah hanya bercerita, tanpa pernah ada niat untuk mengajak ke sana.

Nah berhubung ada kesempatan, Ayah terpikir untuk mengisi waktu minggu ini dengan pergi ke sana. Bersyukur bibi kalian, Lek Iyang juga turut serta. Kita bergerak ke Karawang menuju mall baru, Resinda Mall lalu kemudian ke Steak 21.

Meskipun agak jauh, alhamdulillah kita sampai disana. Jarak rumah ke Resinda Mall dan Steak 21 adalah 54,4 km dan ditempuh dengan waktu perjalanan kurang lebih satu jam.

Mall Resinda sangat bagus, tempatnya luas, banyak fasilitas, bersih dan modern. kita berkeliling di dalam mall, masuk ke beberapa toko mainan anak-anak dan barang2 impor di sana, gerai miniso salah satunya. Miniso adalah nama gerai yang menjual barang barang asli buatan jepang.

hari semakin siang, dan Ayah memutuskan untuk segera menuju Steak21. Steak 21 adalah salah satu brand/merk warung steak yang ada di karawang. Kata ‘steak’ berasal dari kata dalam bahasa Skandinavia yaitu ‘steik’ yang ada pada pertengahan abad ke-15. 

Steak sendiri pertama kali dikenalkan oleh tentara Inggris di Perancis setelah perang Waterloo. Biasanya masakan ini terbuat dari sekerat daging seberat 100gr - 400gr dengan saus minimalis dan menggunakan api arang.

Bagi kebanyakan orang, Steak 21 adalah tempat makan steak yang tidak biasa karena dibangun di bekas pesawat yang sudah tidak digunakan lagi… Makan disajikan di kabin kapal… pelayannya mengenakan pakaian pramugari, pramugara, dan pilot.


kami memesan beberapa makan, A Iqbal dan Teh Naura masing masing memesan steak sirloin dan tenderloin.

 

Saat pesananan datang, kami sadar bahwa orang barat itu cerdas … mereka senang makan daging, tetapi tidak lupa dengan kentang dan sayuran. Mereka melengkapi makanan yang mereka suka dengan memperhatikan kandungan gizinya. Steak yang disajikan adalah paket komplit karena ada karbohidrat atau sumber tenaga dari kentang, ada protein dan lemak dari daging, serta ada vitamin dan mineral dari sayuran. Porsi makan seperti ini yang dikenal dengan “Empat sehat Lima sempurna

Seusai santap siang, kami bergegas shalat dzuhur di mushala sekitar steak 21. Menjelang sore kami bersiap untuk pulang. Eh ternyata saat masuk jalan toll turun hujan besaaar sekali dengan angin kencang dan petir menyertai… besarnya hujan menimbulkan genangan air disana sini. Mobil katana yang kami kendarai, AC dan lampunya sudah dinyalakan, tetapi jarak pandang tetap terbatasi, ditambah lagi ada kebocoran di sekitar pedal gas… akhirnya kami putuskan untuk menepi di rest area KM 57, menunggu hujan reda.

Jika hujan sangat deras turun saat kita sedang berada dalam kendaraan, maka sangat direkomendasikan untuk berjalan sangat pelan dan menyalakan lampu hati-hati. Saat hujan, kewaspadaan harus ditingkatkan karena jalanan menjadi licin dan jarak pandang menjadi sangat terbatas. Jangan lupa pula, banyaklah berdo’a karena sesungguhnya hujan adalah rahmat dari Allah yang maha pengasih… Saat hujan turun, nabi mengajarkan agar kita berdoa Allohumma soyyiban naafiaan... Ya Allah turunkanlah pada kami, Hujan yang bermanfaat.

Hujan sangat deras dan agak lama, kami hanya bisa memarkir Katana tua kami dengan mesin tetap menyala. Saat hujan, AC mobil harus dinyalakan agar udara di kabin mobil bersirkulasi dan kaca depan tidak kabut. ayooo ada yang tahu mengapa kaca mobil berembun bila AC mobil dimatikan saat hujan? Selamat belajar ya

Semoga perjalanan kali ini menyenangkan, membuka wawasan, dan memupuk semangat untuk terus mencari tahu hal-hal baru. 


Foto Guru dan Tendik 2023

 https://drive.google.com/drive/folders/1gE4q2TOemgEUJ79XwaHjkRd-rcLzMo_B